Suatu pagi yang dingin, matahari baru tampak kepalanya saja. Vero masih terlelap dalam tidurnya, tapi saat alarmnya berbunyi Vero segera bangun, sebelum mandi Vero mengisi nyawanya yang hilang didalam mimpi terlebih dahulu. Setelah mandi, ia segera memakai baju dan menuju rumah sakit. 2 minggu yang lalu ibunya pingsan karena penyakit jantung yang dideritanya, dan setiap sebelum berangkat kesekolah Vero menyempatkan diri untuk menjenguk ibunya yang masih koma sampai sekarang.
Flashback, Vero Librarysa, ia adalah anak kedua dari 2 bersaudara, ia adalah siswa baru di SMA N 1 Klaten, yang artinya ia baru saja lulus SMP.
Setelah selesai dengan urusan tubuh, Vero pun menemui ayahnya untuk sarapan pagi, tapi sepertinya Vero ingin segera kerumah sakit.
“Ayah, vero berangkat sekarang saja ya,” tanya Vero
“Kenapa pagi-pagi sekali sudah mau berangkat sekolah?” ucap Ayah
“Seperti biasa ayah, kalau Vero berangkatnya pagi-pagi begini berarti Vero mau menjenguk ibu dulu,” jawab Vero
“Oiya, tapi nggak sarapan dulu nich?” tanya Ayah sambil mengiris roti untuk sarapan
“Nggak usah yah, Vero nanti bisa jajan soto dikantin sekolah kok, oya ayah hari ini Vero bawa motor ya?” ucap Vero sambil mengambil kunci motor yang tergelantung dideretan kunci-kunci lainnya
“Kenapa tidak dianter Pak Kus saja?” tanya Ayah
“Vero nggak mau ganggu Pak Kus, kasihan Pak Kus tadi malem udah nungguin Vero pulang dari rumah sakit,” jawab Vero
“Oh, ya udah, tapi hati-hati ya,” ucap Ayah
“Pasti ayah, ya udah Vero pamit ya, Assalamu’alaikum,” ucap Vero sambil berpamitan dengan ayahnya, dan langsung tancap gas
“Walaikumsalam,” ucap Ayah
Disepanjang perjalanan kerumah sakit, Vero berfikir apa yang akan ia katakan sesampainya dirumah sakit. Jarak antara rumah sakit dengan rumahnya cukup jauh, sekitar 2 km. Tapi, jarak antara rumah sakit dengan sekolahnya lumayan dekat, sekitar 500 meter. Vero pun tiba dirumah sakit. Biasanya sebelum masuk, Vero berbincang-bincang dahulu dengan Pak Doni. Beliau adalah satpam dirumah sakit ini.
“Pagi Pak Doni,” sapa Vero
“Pagi mbak Vero, tumben pagi-pagi udah sampai?” ucap pak Doni
“Hehe, seperti biasa pak, Vero mau njenguk ibu dulu, sekalian berangkat sekolah,” ucap Vero
“Oh, kalau gitu saya titip salam saja buat ibunya Vero, semoga cepat sadar, dan cepat sembuh ya,” ucap Pak Doni
“Amin, nanti Vero sampaikan ke ibu, ya sudah Pak Vero mau pamit ke ruangan ibu dulu,” ucap Vero
“Amin, oh iya silahkan,” ucap Pak Doni
Setelah lama berbincang-bincang dengan Pak Doni, Vero pun berjalan menuju ruangan ibunya. Tak lupa ia menyapa para suster yang lewat, mengenalnya ataupun tak mengenalnya. Karena itu ibunya mengajarinya untuk selalu ramah dengan siapapun, walau mereka tak kita kenal.
“Assalamu’alaikum,” ucap Vero sambil membuka pintu ruangan
“Walaikumsalam, tumben pagi-pagi udah kesini ver?” tanya Kak Renata
“Hehe, seperti biasa, Vero mau njenguk ibu dulu, sekalian berangkat sekolah,” ucap Vero
“Ealah,” ucap Kak Renata
Sejak ibu vero sakit, Kak Renata lah yang menemani ibu di rumah sakit ini. Walau pun ia harus meminta cuti kuliah kepada dosen sampai ibunya sembuh.
Flashback, Kak Renata atau Aquariusia Renata, ia adalah mahasiswi di Universitas Indonesia, sekaligus ia adalah kakak Vero.
“Assalamu’alaikum bu, ini Vero,” ucap Vero kepada ibunya yang masih memejamkan matanya itu
“Vero, kakak mau keluar sebentar, kakak mau beli sarapan buat kita, kamu juga pasti belum makan kan?” ucap Kak Renata
“Hehe, tau aja kalau Vero belum sarapan, tapi nggak usah kak, vero nanti beli soto dikantin sekolah saja,” ucap Vero
“Oh, ya sudah, gantiin kakak sebentar ya, kakak mau beli sarapan dulu,” ucap Kak Renata
“Oke kakakku,” ucap Vero
Sambil menunggu kak Renata kembali dari beli sarapan, Vero mengambil Alqur’an, Vero pun mulai mengaji dan berdoa di dekat ibunya, berharap allah akan menyadarkan ibunya itu.
Saat kak Renata kembali ke ruangan, Vero langsung menutup Alqur’annya dan mengusap air mata yang keluar, agar tak dilihat oleh kakaknya itu.
“Eh kakak udah pulang, oya kak udah jam 6, Vero mau berangkat sekolah dulu ya,” ucap Vero sambil pamit dengan kakaknya itu
“Oh iya, ini makanan ringan untuk dimakan disekolah nanti, kakak taruh ditasmu ya,” ucap Kak Renata sambil memasukan snack yang ia beli ke dalam tas Vero
“Assalamu’aliakum kak,” ucap Vero sambil berjalan pergi
“Walaikumsalam,” ucap Kak Renata
Setelah berpamitan dengan kakaknya, Vero langsung pergi menuju parkir motor dan berangkat sekolah. Disela-sela perjalanan, tiba-tiba HP Vero berbunyi, dengan sekejap ia menepi ke pinggir jalan. Ternyata telpon itu dari kakaknya.
“Assalamu’alaikum kak, ada apa? Apa ada barangku yang ketinggal?” tanya Vero
“Walaikumsalam, nggak barangmu nggak ada yang ketinggalan kog,” ucap Kak Renata
“Oh, lalu ada apa?” tanya Vero
“I….B….U… V…E…R…O… ,”ucap Kak Renata tersendat-sendat, karena menahan tangis
“IBU? ADA APA DENGAN IBU KAK?”teriak Vero
“Ibu… kritis… ver… ,”ucap Kak Renata
“Apa? Ibu sekarang dibawa kemana kak, Vero akan segera kesana,” ucap Vero panic
“Ke UGD Ver, tapi bagaimana sekolahmu,” ucap Kak Renata
Setelah, tau ibunya dibawa ke UGD, Vero langsung mengendarai motornya menuju ke rumah sakit, tanpa menjawab pertanyaan Kak Renata. Vero mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, tapi masih di batasi, karena ia takut tertangkap oleh polisi.
Sesampainya di rumah sakit, ia menggeletakan begitu saja motornya, ocehan pak parkir tak ia hiraukan, ia langsung ke pos satpam untuk bertanya dimana ruang UGD berada. Setelah tau tempatnya, ia langsung berlari secepat yang ia mampu, sampai di UGD ia mencari sosok kakaknya diantara orang-orang disekelilingnya itu.
“KETEMU,” ucap Vero saat menemukan kakaknya berada. Ternyata ayahnya juga ada disana
“Kak... ibu… gimana..?” ucap Vero dengan nafas yang ngos-ngosan setelah berlari kesana kemari
“Normalkan nafasmu dulu Vero,” ucap Kak Renata
“Huh, sudah,” ucap Vero
“Ibu masih kritis, sekarang ibu ada didalam, dokter beserta timnya sedang berusaha didalam,” ucap Kak Renata
“Vero harus masuk kedalam, Vero mau menemani ibu didalam,” ucap Vero, berusaha masuk ke ruang UGD tapi ditahan oleh ayahnya
“Sabar Vero, serahkan semuanya pada dokter,” ucap Ayah
“Hmm,” ucap Vero, sudah sedikit tenang
Vero, Kak Renata, dan Ayah hanya bisa menunggu dan menunggu, dokter keluar dari ruang UGD tersebut. Vero mulai mengantuk, vero melihat jam diHPnya, jam 9 malam, tapi dokter belum juga keluar dari ruang UGD itu. Tanpa sadar, Vero ketiduran, ia tidur dipangkuan kakaknya. Sementara ayahnya sedang pergi sebentar untuk membeli makanan.
Jam 11 malam, orang yang ditunggu-tunggu oleh Vero, Kak Renata, dan Ayah pun keluar dari ruang UGD. Kak Renata pun langsung membangunkan Vero. Vero terkejut dengan keberadaan dokter, dengan sigap Vero langsung melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
“Dok, bagaimana keadaan ibu dok?” ucap Vero khawatir sekalgus panik
“Maafkan kami, kami telah berusaha semaksimal mungkin,” ucap dokter
“Maksud dokter, ibu meninggal?” ucap Vero tegas
Dokter mengangguk pasti, bahwa ibu Vero telah tiada.
“Nggak mungkin, ini pasti hanya mimpi,” ucap Vero
“Vero, kita harus ikhlas,” ucap ayah menenangkan Vero
“Nggak mungkin, nggak mungkin, IBUUUUU,” teriak Vero dengan keras, sampai-sampai Vero sempat terjatuh karena kelelahan.
Keesokan harinya, diadakan pemakaman di rumah. Pemakaman itu, dihadiri keluarga besar, dan warga-warga sekitar, bahkan teman satu kelas Vero, dan teman satu kampus Kak Renata.
Setelah acara pemakaman selesai. Para tamu telah pulang, tapi tidak dengan Vero. Ia masih duduk dimakam ibunya, mengusap-mengusap papan nama yang bertuliskan nama ibunya itu, disana ia ditemani oleh Kak Renata. Sesekali Kak Renata memeluk Vero. Sedangkan Vero, Vero masih tidak percaya bahwa ibunya meninggalkannya dengan cepat. Menurutnya, ibunya itu adalah sosok yang sangat ia idolakan, ia baik, ramah dengan siapapun, bertanggung jawab, bijaksana.
Karya: Imastuti D.N
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment