IBU karya: Dimas Fendy
Aku dilahirkan dari rahim seorang ibu yang menurutku luar biasa.Dia adalah sosok pahlawan dalam hidupku.Sudah 17 tahun lamanya aku dilahirkan ke dunia ini.Sekarang aku duduk di bangku SMA.Aku hanya tinggal bersama ibuku.Ayah,kakak,dan adikku tewas dalam teragedi yang mengenaskan saat terjadi gempa bumi beberapa tahun silam.Dunia ini begitu kelam dan liar,tapi tidak jika aku dalam pelukan dan dekapan hangat dari ibuku.Aku merasa nyaman jika berada di samping ibuku.Dialah yang satu-satunya dalam hidupku.Dialah tempat bersandarku.Senyum manis dari wajahnya membuatku nyaman berada di dekapan ibuku.Dia juga yang telah menanamkan nilai-nilai dan arti kehidupan dalam diriku agar aku bisa memahami makna kehidupan yang sesungguhnya.
Aku patut bersyukur atas keadaanku yang sekarang ini.Banyak anak-anak lain yang tidak seberuntung diriku.Bahagia tiada terhenti jika sesaat aku terpikirkan oleh hal itu.
Aku mulai tumbuh kearah kedewasaan seiring dengan bertambahnya usiaku.Segelintir penyesalan tak kunjung berhenti di dalam benakku.Rasa cintaku kepada ibuku seakan luntur diguyur hujan seiring berjalannya waktu.Seakan diriku mulai menjauh dari dekapan seorang ibuku.Sesal hati ibuku hanya bisa menerima kenyataan itu dalam hati.
Lambat laun,sikapku mulai melebihi ambang batas.Aku mulai berpikiran “Ah masa bodoh dengan orang tua itu”.Kata-kata yang terdengar menyakitkan begitu saja terlontar dari mulutku.Apalagi jika yang mendengar kata-kata itu adalah ibuku sendiri.Terbayang jika aku menjadi ibuku,rasa sakit yang tak tertahankan dan menyakitkan.Rasa yang takkan pernah mungkin lenyap begitu saja dari hati ibuku.Tapi semua itu telah sia-sia ibarat “nasi telah menjadi bubur”.
Pergaulanku semakin tidak karuan.Benteng iman yang dulu kokoh menopang diriku telah rapuh bahkan hancur.Nilai-nilai iman yang dulu dipupuk dan ditanamkan ibuku kepada diriku telah layu sudah.Tidak heran , pergaulanku melenceng jauh dan tak dapat dihentikan lagi.
“aku salah memilih teman”
Aku bergaul dengan anak-anak orang kaya,sehingga kebiasaanku pun tak jauh berbeda dari mereka.Padahal aku hanya berada di kalangan keluarga yang SERBA pas-pasaan.Seakan masalah itu tak lagi aku pikirkan dalam benakku.
“merokok,berjudi,minum2an keras,seakan sudah menjadi kebiasaanku yang sekarang”
Melihat kelakuanku yang semakin keterlaluan itu,ibuku hanya bisa pasrah dan berdoa pada Yang Maha Kuasa.Tak henti-henti lantunan doa yang terderang dari mulutnya berdoa hanya untuk kesadaranku.
“diriku tak kunjung berubah”
Hari demi hari dilewati ibuku diselimuti kesedihan.Tak ada lagi yang mengisi kekosongannya.Lukisan di sudut ruangan seakan tertawa lebar melihat penderitaan ibuku.Detak jam dinding menambah suasana pilu.Aku jadi jarang pulang kerumah karena asik dengan duniaku sendiri.Tak lagi memperhatikan nasib ibuku di rumah sendiri.Pasti hampa dan sepi yang dirasakan ibuku pada saat itu.
“tak henti-hentinya ibuku berdoa”
Seminggu sudah hariku kulewati tanpa berada di samping ibunda tercinta.Entah bagaimana keadaan ibuku sekarang,tak terpikirkan lagi di pikiranku.
Jum’at malam aku mencoba mengunjungi rumah ibuku.Sesampainya di teras depan rumah,hawa dingin dan sepi menerpa tubuhku.
“rumah ibu terlihat kosong dan sepi”
Kuberanikan diriku untuk mengetuk pintu yang sudah kelihatan lusuh itu..”tok tok tok” terdengar nyaring dalam telingaku.Pintu itu terbuka perlahan demi perlahan.setelah pintu terbuka semua,kudapati sosok wanita tua duduk di kursi pojok sambil memandangi foto dan di sampingnya ada secangkir susu.
“betapa terkejut hati ini”
Saat yang kudapati itu adalah ibuku sendiri sambil membawa fotoku.Diriku terdiam,tepaku di depan pintu.Hawa dingin kembali menerpa tubuhku yang terpaku di depan pintu.Tidak kuduga dan tidak kusangka tubuhnya kurus kering,mukanya pucat pasi,sangat jauh berbeda dari yang dulu.
Perlahan ibuku menoleh ke arahku,tersenyum manis kepadaku lalu berkata “kamu sudah pulang ya nak,,ini ibu buatkan susu hangat untukmu”.Begitu polos terdengar
“aku tak bisa berkata “
Melihat hal itu aku segera berlari meninggalkan rumah tua itu.Air mata terus mengucur selama perjalan.
“resah,bingung,sedih,itulah yang kurasakan saat itu”
Selang 2 hari,aku mecoba untuk kembali mendatangi rumah itu,Aku sengaja mengajak sekalian teman-temanku agar mereka semua tahu yang sesungguhnya.
“sebelumnya firasatku tidak enak”
Sesampainya gang menuju ke rumah ibuku,dari kejauhan terlihat kerumunan mengerumuni rumah ibuku,APAKAH YANG TERJADI………??????
Firasatku semakin tidak enak.Bergegas aku berlari menuju kediaman ibuku.Tetangga2 yang berada disitu heran melihatku,wajah mereka seakan benci kepadaku.Sesampainya di ruang tamu,kudapati ibuku sudah terbaring lemas tak bernyawa diselimuti kain jarik yang dulu sering kupakai mainan.Hancur dan remuk hatiku melihat ibuku sudah tak bernyawa.
“aku menjerit sekeras-kerasnya,aku menangis tak henti-hentinya”
Aku belum sempat mengucapkan kata “maaf” kepada ibuku.SUDAH TERLANJUR SEMUA……….
Seketika aku dekap dan aku peluk erat tubuh ibuku,hanya dingin yang kurasakan tak ada lagi kehangatan.Sirna sudah harapan ini,isak tangis kerabat membuat suasana itu semakin menyedihkan,menyakitkan,serta mengerikan untuk dilihat
“ibu,,,,maafkan aku,,,aku telah tega terhadap ibu,,aku telah menjadi anak durhaka,,bahkan ibu ,aku belum sempat mengucapkan kata MAAF kepada ibu”
Kata-kata itulah yang mengiringi ibuku ke tempat peristirahatanya yang terahkir.
Setelah pemakaman jenazah ibuku selesai,,,aku berdiam diri diatas makam ibuku,,termenung sendiri.Entah apa yang terjadi setelah pemakam selesai,hujan lebat mengguyur.Hujan itu seakan menandakan ibu ku bersedih di alam sana jika aku tidak merelakannya pergi…..
Apalah daya diriku sekarang ini,PENGORBANAN IBUKU berahkir sia-sia di tangan ku..
“aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri”
Kini hidupku kian sepi setelah kepergian ibunda tercinta.Merubah sikap dan perbaiki diri.Tak lupa juga kudoakan selalu agar arwah ibuku bisa berada di tempat yang paling mulia di sisi-MU……….
Karya
Nama : Dimas Fendy P
10 komentar:
Tak ada seorangpun yang dapat menandingi kasih sayang seorang ibu :D
@Ijal Fauzi sipp, setuju bang Ijal. :D
Ibu memang adalah malaikat dalam kehidupan anaknya:)
@Endyyup betul, surga pun ada dibawah telapak kakinya. :)
salam.
Mantap bro, nice story.
ibu tak akan pernah kering dari cinta dan inspirasi, yang telah mempersembahkan dirinya agar anaknya bisa menjadikan anak2nya hidup dan bermakna dalam dunia, dan sumber pancaran keridhoaan Ilahi...
Salam.
ibu merupakan Malaikat kita, dimasa kecil..
bagus juga yagh artikelnya
I love my mom :')
@Becks iya bro, setuju saya.. ;D
@MHARJIPES.COM masa besar pun juga kyknya, hehe
@Ladida C sipp, :D
Post a Comment