Namaku Tasya, aku sekarang masih TK nol besar. Aku adalah anak satu-satunya dari orang tauku. Aku memiliki mama yang sangat sayang sekali kepadaku. Aku juga memiliki papa, tapi aku tidak tahu papa ada dimana sekarang.
Mama sehari-hari bekerja di kantor sampai sore. Aku kadang kesepian di rumah karena tidak memiliki teman. Di sekitar rumah tidak banyak anak kecil seumuranku. Ah, rasanya setiap hari bagiku adalah lama sekali untuk menunggu mama pulang. Hari ini, adalah Senin yang sibuk. Mama pagi-pagi sudah bersiap-siap bekerja dan aku pun juga begitu. Setelah sholat Shubuh, aku belajar mempersiapkan kebutuhan sekolahku sendiri. Mama memang selalu mengajariku hidup mandiri.
Setiap hari mama mengantarkan aku sampai pintu gerbang sekolah dan menciumku dengan hangat. Ah, betapa senangnya punya mama. Dia sangat sayang aku. Tapi kalau sudah siang, biasanya aku pulang dengan pak No tukang becak langgananku.
"Tasya, aku pulang dulu ya." sahabatku Khansa, menepuk pundakku sambil berpamitan pulang. Dia kelihatan bahagia sekali karena ayahnya sudah menunggu dari tadi di parkiran.
"Iya" aku menjawab dengan lesu. Kemudian aku menyandarkan tubuhku di pagar sekolah. Capek sekali rasanya hari ini. Bu guru banyak memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah.
"Iya" aku menjawab dengan lesu. Kemudian aku menyandarkan tubuhku di pagar sekolah. Capek sekali rasanya hari ini. Bu guru banyak memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah.
Ya Allah, kok tiba-tiba aku jadi bersedih. Aku ingin sekali pulang di jemput ayah, seperti teman-temanku yang lain. Selama ini, ayah belum pernah sekalipun menjemputku. Aku benar-benar ingin sekali. Tapi, yang aku tahu, mama akan selalu menangis saat aku bertanya tentang ayah. Yang aku tahu juga, mama juga akan langsung memelukku dan berkata, "Ayah sudah bersama Allah, sayang."
Aku sempat bertanya, "Ayah salah apa sampai harus dimiliki Allah saja, Mama? Adik kan juga ingin bertemu ayah. Apa ayah nggak sayang sama adik ya, Ma?" Tapi selalu mama lebih banyak diam dengan pertanyaanku itu. Dan yang aku tahu, mama aka tambah menangis kalau aku sudah bilang begitu. Dan akhirnya aku hanya lebih banyak diam dan hanya menyimpan kerinduanku kepada ayah di dalam hati saja.
Suatu malam aku berpikir, kenapa Allah tidak mengijinkan aku melihat ayah. Padahal aku hanya akan bilang kepada ayah kalau aku sayang ayah, dan aku hanya ingin bermain sebentar dengan ayah. Itu saja. Lalu aku ingat, ibu guru pernah berpesan kalau Allah itu selalu akan mengabulkan doa kita. Aku pun kemudian mengangkat tanganku dan meminta kepada Allah, agar aku bertemu ayah.
Keesokan harinya... Hari ini aku senang sekali, mama tidak pergi ke kantor. Mama bilang, kami akan berkunjung ke tempat tante dokter. Katanya mama biar aku lekas sehat. Loh, Memang aku sakit ya? Setelah sampai di tempat, aku pun diperiksa. Dan beberapa menit kemudian, mama menyuruhku untuk duduk sebentar di depan bersama tante perawat. Tapi, aku masih penasaran, aku pun mencoba membuka pintu dan aku mendengar bu dokter bilang, "Saya rasa tidak lebih dari sebulan..."
Aku sempat bingung saat tiba-tiba mama keluar dari ruangan tante dokter. Mama terlihat menangis dan memelukku erat. Sungguh sangat erat. Aku bertanya "Mama kenapa?" Mama tidak menjawab apa-apa. Mama hanya menangis dan menangis. Ya, Allah, apa tante dokter itu orang jahat? Kok dia buat mamaku menangis lagi. Aku buru-buru menutup pintu itu.
Setelah di mobil aku bertanya, "Mama, kok Mama menangis terus?" "Tidak apa-apa, Sayang. Mama baik-baik saja." Jawab mama sembari tersenyum meski terlihat dipaksakan. "Ma, le.Jeukimia itu apa?" tanyaku.
Mama tiba-tiba menghentikan mobil dan memandangku. Agak lama mama memandangku,
sebelum akhirnya tersenyum sembari berujar, "Itu nama musuh kita, sayang."
"Dia jahat ya, Ma? Kitaajak ke rumah saja, Ma biar nanti aku ajak main. Aku bag! mainan deh. Pasti dia nggak jahat lagi." Mama tidak menjawab apapun dan terus melanjutkan perjalanan pulang.
sebelum akhirnya tersenyum sembari berujar, "Itu nama musuh kita, sayang."
"Dia jahat ya, Ma? Kitaajak ke rumah saja, Ma biar nanti aku ajak main. Aku bag! mainan deh. Pasti dia nggak jahat lagi." Mama tidak menjawab apapun dan terus melanjutkan perjalanan pulang.
Sudah tiga hari ini aku tidak masuk sekolah. Dan suatu malam, tiba-tiba badanku menggigil dan cairan putih keluar dari hidungku. Mama memelukku erat. Tapi, entah kenapa makin lama aku makin susah bernafas.
"Mama, kenapa mama menangis terus?" tanyaku padamama.
"Sudah. adik istirahatsaja ya, Sayang."
"Mama saja dulu. adik baik-baik saja kok. Ma, apa benar kalau ayah sudah bersama Allah?" tanyaku pada mama yang berkaca-kaca.
Mama tidak menjawab pertanyaanku, hanya mengelus kepalaku sambil tetap menangis.
"adik kangen sama ayah. Dulu adik sudah minta sama Allah, adik ingin bertemu dengan Ayah. Tapi, nanti mama bagaimana ya? Nanti mama tidak ada yang menemani. Mama jangan sedih, ya?" kataku sambil tersenyum dan terus memandang wajah mama yang tampak makin menua.
"Jangan tinggalkan mama ya, Dek. Mama akan selalu menemani adik, mama janji." Isyak mama makin deras.
"Tapi, adik ingin bertemu ayah sebentar, Ma. Mama jangan khawatir, adik dan ayah akan selalu menemani mama."
"Sudah. adik istirahatsaja ya, Sayang."
"Mama saja dulu. adik baik-baik saja kok. Ma, apa benar kalau ayah sudah bersama Allah?" tanyaku pada mama yang berkaca-kaca.
Mama tidak menjawab pertanyaanku, hanya mengelus kepalaku sambil tetap menangis.
"adik kangen sama ayah. Dulu adik sudah minta sama Allah, adik ingin bertemu dengan Ayah. Tapi, nanti mama bagaimana ya? Nanti mama tidak ada yang menemani. Mama jangan sedih, ya?" kataku sambil tersenyum dan terus memandang wajah mama yang tampak makin menua.
"Jangan tinggalkan mama ya, Dek. Mama akan selalu menemani adik, mama janji." Isyak mama makin deras.
"Tapi, adik ingin bertemu ayah sebentar, Ma. Mama jangan khawatir, adik dan ayah akan selalu menemani mama."
Mama tersenyum dan mengusap air matanya. Dan entah mengapa tiba-tiba, aku merasa pandanganku tambah kabur dan gelap.
"Ma, apa mama ingin menyampaikan sesuatu untuk Allah?" kembali aku bertanya. Tapi, anehnya aku tak mendengar sedikit pun jawaban dari mama. Sementara, mata ini makin nanar. Kabur. Bahkan, seperti terasa gelap.
"Ma, apa mama ingin menyampaikan sesuatu untuk Allah?" kembali aku bertanya. Tapi, anehnya aku tak mendengar sedikit pun jawaban dari mama. Sementara, mata ini makin nanar. Kabur. Bahkan, seperti terasa gelap.
"lya, Sayang. Sampaikan pada Allah, semoga memberikan tempat yang cantik untuk putri mama yang cantik." jawab mama sambil terisak.
"Nanti Tasya akan bilang sama Allah biar kita semua, bisa berkumpul di surganya Allah yang indah. Tasya juga mau bilang sama Allah biar mama nggak diminta kerja lagi di surga. Jadi, mama bisa temani Tasya tiap hari. Ya, Ma?" "lya, Sayang."
"Mama ...kok semua makin gelap. adik tak bisa melihat wajah mama yang teduh. Ma,
Tasya sayang Mama....."
"Nanti Tasya akan bilang sama Allah biar kita semua, bisa berkumpul di surganya Allah yang indah. Tasya juga mau bilang sama Allah biar mama nggak diminta kerja lagi di surga. Jadi, mama bisa temani Tasya tiap hari. Ya, Ma?" "lya, Sayang."
"Mama ...kok semua makin gelap. adik tak bisa melihat wajah mama yang teduh. Ma,
Tasya sayang Mama....."
6 komentar:
panjeng amt ceritanyaa....
wahahaaa...
kirai tasyanya itu si Admin...
ternyata bukann,
komen back yaa
perlu diatur paragrafnya mas, agak berdempetan kalau mau dibaca, dan terlebih efek hover warna birunya cukup menganggu mata..
@Simple Semua wkwk, tapi bagus kok. coba baca deh. :)
@Anonymous iya mas, thnks. :)
nanti saya atur lagi.
Kasian sama mamanya si tasya :"(
@Reza Alfaizi iya, saya juga. :(
Post a Comment